Kamis, 06 Agustus 2020

tulisan malam

 *Angan

Dikala senja tiba 
Aku termenung menatap langit yang indah dipandang mata
Mengingat suatu cerita
Yang mulai sirna

Berandai agar semuanya
Menjadi nyata
Namun itu hanya angan ku saja
Dalam sebuah sajak 
Yang kutulis dengan pena


*Masa itu

Setiap hari ku teringat masa itu
Masa yang hilang karena waktu
Dan menjadi masa lalu

Setiap hari air mataku menetes
Hingga mataku terlihat abses
Aku tahu ini hanya proses
Tapi kapan proses ini akan beres?

Hari hari ku kini sepi
Tak ada lagi canda tawa yang menghapus sunyi
Hanya kesedihan yang menyelimuti
Dan rindu yang terus menghantui

Meski raga kita tak bertemu
Tapi hati kita akan selalu bersatu
Menjalani hidup walau terhalang jarak dan juga waktu
Percayalah semuanya pasti berlalu
Dan kelak rindu
Akan berubah menjadi debu

*Rasa

Lewat sajak ku bercerita
Dibantu pena yang menuliskan segala rasa
Tentang kenangan yang sulit dilupa
Juga tentangmu yang membuatku terpesona

Andai kau tahu tentang apa yang kurasa
Ingin segera bersua
Dengan orang yang dicinta

Andai kau peka
Dengan segala kata
Yang kutulis untukmu semata
Berharap kau mengerti 
Apa yang ku rasa saat ini

*Senyummu

Ketika kata tak lagi mampu
Untuk mengungkapkan rasa yang membeku
Mungkin aksara lebih bisa memeperjelas sesuatu

Apa kau tak sadar akan hal itu?
Hal yang ku tulis setiap waktu
Tentangmu
Yang tak bisa ku pandang lewat mataku

Apa kau tahu
Senyum mu adalah candu
Bagi hati yang tengah merindu
Yang ingin segera bertemu
Dan bisa kembali melihat senyum mu

*Mimpi

Sudah biasa hati ini 
Jatuh berkali kali
Pada hati yang tak mencintai kembali
Walau terlukai
Namun tetap berharap memiliki

Secuil kenangan yang kau beri
Masih ku ingat hingga saat ini
Tak hanya sesekali
Kau hadir dalam mimpi
Ditengah malam yang sunyi

Ingin rasanya ku berhenti
Namun ditolak oleh hati juga diri
Yang belum tersadar
Bahwa itu hanya sebuah mimpi

*Harapan kebahagiaan

Saat tenggelam dalam lamunan
Mata memandang burung yang melintas di atas awan
Menatap langit yang setia menjadi saksi perjuangan
Mengingat pengorbanan para pahlawan

Kaki yang terbuka
Melangkah seperti diatas pecahan kaca 
Menahan sakit yang tak pernah dirasa
Darah karena luka yang mengalir begitu saja
Menembus Medan dengan semangat yang membara
Hanya berbekal bambu runcing sebagai senjata

Air mata menetes 
Ketika terbayang tubuh penuh gores
Dibiarkan begitu saja tak dikompres
Hingga malam yang dingin seperti es

Itu semua dilakukan
Hanya untuk satu tujuan 
Agar anak cucu mereka merasakan kebahagiaan
Walau mereka yang harus mengalami kepedihan

Kini mereka dapatkan apa yang mereka harapkan
Mereka titipkan bendera merah putih sebagai bendera persatuan
Dan negara merdeka yang mereka perjuangkan

Bulan Agustus tahun 1945 
Akhir dari perjuangan mereka
Mengibarkan bendera pemersatu jagat raya
Diiringi lagu kebanggaan Indonesia raya
Dengan penuh rasa cinta

*Keindahan tiada henti

Indonesia
Menyimpan sejuta pemandangan
Berbeda beda namun masih bisa dinikmati para insan
Gunung gunung yang menjulang tinggi
Memberi keindahan diwaktu pagi
 Para pendaki berjuang melewati Medan dengan penuh nyali
Menikmati senja dipuncak gunung saat sore hari
Ditemani secangkir kopi
Dan suara petikan gitar melodi
Hal yang paling disuka pemuda indie

Indonesia
Alam mu adalah nafas
 Bagi para nelayan beraktivitas
Mencari ikan saat malam tiba
Dan kembali saat sang Surya menyapa
Menunggu diatas perahu ditemani kantuk yang tak dirasa
Bertahan dengan besarnya ombak yang terus menerjang 
Diselimuti dinginnya malam yang merasuk dalam pori pori

Indonesia
Dengan pesawat terbang
Ku nikmati segala ciptaan sang ilahi
Mengelilingi negeri
Menikmati indahnya bumi 
Dari angkasa yang tinggi
Betapa luasnya lautan yang ku temui
Awan awan tergantung seperti yang ku lihat dalam mimpi

Bukan hanya dari atas awan ku nikmati keindahan bangsa
Ku menyusuri samudera
Dengan kapal besar bersama sang nahkoda
Segerombol Terumbu karang yang memenuhi lautan
Ikan ikan berlalu lalang mencari teman
Rumput laut yang bergoyang saat terkena getaran
Suara mesin kapal yang membuat tenang
Dan angin sepoi-sepoi yang menerpa helai rambut yang berhati senang

Dari pagi hingga berganti hari
Tak pernah puas diri ini menikmati
Memandang indahnya negeri
Memotret alam sebagai cerita dilain hari
Dan selembar kertas untuk mengungkapkan isi hati
Semua keindahan ada dalam diri negeri
Jagalah wahai pemuda pemudi
Agar bumi ini tetap lestari

*Sepi

Titik air membasahi bumi
Secangkir kopi menemani hari yang sepi
Secarik kertas mewakili isi hati
Secercah harapan yang terus menghantui

Jarum jam terus berbenturan
Namun diri ini masih setia sembunyi dibalik semak belukar
Dibawah pohon berakar
Sepi tanpa cahaya yang berbinar

Malu dengan dunia atas apa yang diperbuat
Diterimanya akibat
Karena tindakannya yang tak akurat
Terlalu mengejar dunia yang hanya sesaat

Akankah hidupnya hanya akan ditemani sepi selamanya?
Tanpa candaan yang akan membuatnya tertawa
Akankah hari harinya akan menjadi gelap gulita?
Tanpa adanya senyuman yang penuh warna

Disaat semua orang berkumpul dengan sanak saudara
Mampukah dirinya menahan air mata?
Juga rasa iri ketika melihat tawa
Kenapa tak bisa sebahagia mereka?

Hatinya hancur
Hari harinya tak beratur
Bahagianya gugur
Hidupnya tak lagi berjalan sesuai alur


*Coretan pena

Coretan pena menjadi saksi cerita
Heningnya malam menemani dalam setiap luka
Entah kepada siapa ku harus bercerita
Untuk meluakkan sedikit lara

Dalam coretan pena hitam
Ku torehkan rasa manis dan asam
Menatap indahnya alam
Melamunkan asa yang terbekam

Setiap syair puisi
Setiap nada melodi
Kutulis dengan sepenuh hati
Berdasarkan kisah yang ku alami

Melalui pena
Aku punya teman cerita
Yang menjaga setiap tinta
Tinta yang tertulis menjadi sebuah kata

Kata yang tersusun menjadi frasa
Frasa yang terangkai menjadi klausa
Klausa yang merakit cerita
Cerita yang bisa ku kenang hingga sepanjang masa

*Lamunan renjana

Setinggi Bimantara
Seluas samudera 
Renjana yang datang dengan tiba tiba
Memberi kesan bermakna ketika sudah tiada
Caraku mungkin sederhana 
Tak ada yang istimewa
Ku terjebak dalam asmaraloka 
Yang membuat diriku terluka 
Semua waktu menjadi amerta 
Hanya lewat aksara ku ungkapkan semua
Meski kini kita menjadi aksa 
Namun kembali mu akan selalu menjadi asa
Yang akan terus kutunggu kehadirannya

*Ikhlas melepas

diantara rerimbunan kenangan yang menghampiri
aku berjalan dengan langkah yang terhenti
luka yang masih sakit tak terperi
kukatakan pada diri
bertahanlah sedikit lagi
ikhlas melepas apa yang sudah pergi
meski pilu, percayalah ada cahaya yang menuntun untuk bahagia kembali
biar waktu yang menjadi saksi
bagaimana ikhlas ini tumbuh dalam hati
ikhlas melepas bukan tak berarti 
biarkan angin yang akan membawa pergi
segala beban yang menyesaki hati 
karena ikhlas adalah kunci
untuk mendatangkan kedamaian dalam hati yang lara ini.